Jelang menghadapi laga lanjutan ASEAN Basketball League (ABL) di awal tahun 2018 ini, CLS Knights Indonesia akan mejamu salah satu tim kuat asal China yakni Chongson Kung Fu pada pertandingan yang akan dilangsungkan di GOR Kertajaya Sabtu mendatang (6/11).
Sejatinya Chongson Kung Fu datang dengan berbekal penuh percaya diri lewat tiga kemenangan beruntun yang mereka raih dan sekaligus membuat tim asal Tirai Bambu tersebut berada dalam posisi runner up klasemen sementara. Sebaliknya, empat kekalahan beruntun yang diderita oleh CLS Knights Indonesia, mengantarkan tim kebanggaan warga Surabaya ini terlempar di posisi kedelapan klasemen.
Mengomentari jalannya pertemuan nanti, pelatih CLS Knigths Indonesia Koko Heru Setyo Nugroho menggambarkan bahwasanya pertarungan timnya dengan Chongson seperti layaknya duel David versus Goliath.
“Saya katakan kepada para pemain, game ini seperti David versus Goliath. Kita sudah melihat tayangan video mereka. Di atas kertas kekuatan pemain mereka unggul disemua lini. Tapi bukan bearti lawan tidak punya kelemahan. Dalam situasi ini kita harus bermain taktis dan pintar untuk menghadapi mereka. Yang paling penting juga di tengah hasil minor yang kami alami saat ini adalah menjaga semangat tim. Karena memang obatnya cuma menang. Empat kekalahan beruntun memang menyakitkan, tapi saya merasa progress tim sebenarnya sudah dalam track yang benar. Untuk itu secara mental saya berpesan untuk tetap fokus menjadi lebih baik disetiap latihan dengan cara kerja keras. Menang kalah itu bagian dari sebuah kompetisi, tapi jika kita mempersiapkan diri semakin baik lagi cepat atau lambat kami pasti akan meraih kemenangan,” Ulas Koko mengomentari calon lawan dan juga timnya.
Kapten tim CLS Knights Indonesia, Sandy Febriansyakh Kurniawan juga mengungkapkan keinginan timnya untuk bisa bangkit meraih kemenangan kembali dan seraya menjaga asa peluang lolos playoff di musim pertama mereka di ajang ABL musim ini.
“Harapan saya dan para pemain di tahun baru ini adalah bangkit dari kekalahan. Kami ingin fokus dari hal yang kecil dulu didalam tim. Untuk sisa lawan kita selanjutnya itu sudah pasti menjadi pantauan kita. Tapi yang terpenting kami akan benahi berbagai kekurangan di internal kita. Meski Chongson merupakan tim kuat, kita akan berusaha mengambil kemenangan untuk fans CLS Knights yang selalu setia bersama kita dalam situasi apapun, “ ungkap Keceng, panggilan akrabnya.
Meski mengalami periode yang pelik karena mengalami empat kekalahan beruntun, Koko menilai sebenarnya timnya bisa bersaing dengan lawan. Hilangnya Duke Crews yang menjadi salah satu motor permainan memang sedikit berdampak buat irama permainan CLS Knights di lapangan. Namun Koko tidak mau menjadikan itu sebagai salah satu alasan utama. Baginya semua pemain baik lokal maupun asing lainnya sudah memberikan kontribusi yang nyata paska menepinya Duke Crews. Pelatih muda yang besar di klub Indonesia Muda tersebut justru menilai pekerjaan rumah terbesar di timnya adalah menjaga konsistensi energi permainan selama 4 x 10 menit.
“Dalam pandangan saya di kompetisi ABL ini, saya analogikan membangun sebuah tim seperti menjaga tanaman rumput di halaman rumah kita sendiri. Kadang halaman orang lain rumputnya kelihatan hijau (dalam artian banyak tim yang pada awal tahun ini mengganti para pemain impor yang bagus). Mungkin kita suka iri melihat rumput tetanga yang lebih hijau. Sebaliknya, saya akan lebih memilih merawat rumput halaman sendiri, walau nanti belum terlihat subur, tapi selama kita siram, kasih pupuk, dan terus kita rawat maka hasilnya suatu saat rumput tersebut pasti akan segar dan hijau kembali. Demikian juga dengan tim ini, kami harus terus menjaga energi dan konsistensi permainan untuk mengembalikan CLS Knights Indonesia ke track kemenangan dan semoga kami bisa mengalahkan Chongson yang notabene datang sebagai Goliath ” pungkas Koko lebih lanjut.