Masa SMA sekitar tahun 2008, tahun terakhirku mengikuti upacara bendera yang biasa dilaksanakan setiap hari senin. Iya kalau selalu ikut, aku dari kelas 2 SMA sudah jarang masuk sekolah malah. Lebih dari 8 tahun, diriku tidak pernah mengikuti ritual penghargaan untuk negara dan jasa para pahlawan. Maaf jika ku durhaka… LL
17 Agustus 2016, Dirgahayu Republik Indonesia ke-71, ada alasan yang kuat sehingga aku harus mengikuti upacara bendera. Sebagai dosen baru (bukan termuda tapi..hehe), aku harus aktif mengikuti kegiatan kampus sekalian perkenalan lebih jauh dengan dosen dan karyawan kampus. Upacara terlaksana dengan khidmat. Sepertinya baru kali ini aku benar-benar khusuk mengikuti rangkaian upacara, ya mungkin belum ada teman yang sudah kukenal untuk kuajak ngobrol dan bercanda..hahaa..Susunan acara dan konsep jalannya upacara, mirip dan sama-lah dengan upacara-upacara di masa kecilku (Alhamdulillah saya tidak lupa^^)
Entah apa karena terlalu lama tidak upacara, saat bendera merah putih bergerak naik diiringi dengan lagu Indonesia Raya, badanku merinding. Bukan takut yang kurasakan, tapi pada merah putih yang berkibar di puncak tiang bendera itu. Ingiin sekali rasanya bisa membawa bendera itu di pundakku, mengibarkannya dihadapan orang-orang asing di luar sana, bangga bisa membawa nama bangsa. Tanpa sadar air mataku berlinang, aku melihat peluang itu semakin sempit, (mungkin) se-sempit bagaimana aku menerawang kesempatanku sebagai pemain basket TimNas yang bisa membela tanah air. Merindingku bertambah, saat tiba-tiba bayangan mas Riza (kakakku-almarhum) muncul dan dengan ekspresinya yang seperti biasa padaku, tersenyum, memberikan support, memberikan arahan padaku untuk melakukan trik-trik Parker dan Curry agar aku mempelajarinya. Dan sambil memegang kepalaku, mas Riza berkata, “Dek, kamulah pemain favoritku”. Air mataku mulai mengalir, entah kenapa aku merasa kurang baik di raport mas Riza karena belum pernah bermain membela Indonesia, padahal aku tahu, mas Riza tidak pernah menuntut. Kuusap air mataku, kuyakinkan pada diriku..bahwa suatu saat nanti, aku bisa membawa nama negara dipundakku, tidak masalah jika bukan karena basket. Insya Allah..
Selesainya upacara dan sarapan bersama dengan para dosen dan karyawan Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta, lanjut dengan lomba-lomba Agustusan. Refresh dulu lah ya, sebelum lanjut rangkaian rapat minggu ini untuk menyusun materi perkuliahan semester ganjil. Menyusun mental diri juga, bagaimana diriku yang seumur-umur di lapangan basket ini, pada tanggal 5 September nanti mengajar mata kuliah di kelas. Gak kalah tegang juga sepertinya seperti bertanding final WNBL..hahaa
Sebelum waktu ‘Asar tiba, saya sudah stand by di gor Sritex Arena Solo. Mempersiapkan tim lebih awal untuk pertandingan Final DBL Solo malam ini melawan SMA N 1 Slogohimo. Seperti biasa, sebelum pemanasan ada briefing tim di ruang ganti. Memastikan bahwa adek-adek SMK N 1 Karanganyar telah siap secara fisik dan (terutama) mental untuk pertandingan nanti. Memastikan mereka masuk ke lapangan karena nama di jersey depan mereka, bukan karena nama di jersey belakang mereka.
Pengalamanku pertama kali dalam membawa tim basket sekolah di DBL ternyata tidak mudah. Nervous? Ya pasti..tapi untungnya saya masih bisa makan dan tidur. Hehe.. Tahun kemarin SemekaOne (sebutan tim SMKN 1 Karanganyar) berhasil meraih juara 1, tapi bola basket itu bulat, yang sebelumnya di atas bisa ‘ngglinding’ ke bawah. Banyak hal yang bisa terjadi. Alhamdulillah, meskipun mendapatkan sekali technical foul karena 1 pemain yang cidera sehingga tidak bermain sama sekali, SemekaOne berhasil memenangkan Final DBL Solo malam ini dengan scor 39-60. Hening sejenak dalam sujud syukur, mengalir tangis dalam suka, berpelukan dalam mesra. Malam ini kita adalah juara, hanya malam ini, besok kita bukan siapa-siapa. Masih ada tantangan besar didepan kita, esok kita mulai lagi, scor 0 – 0, lebih bekerja keras, lebih fokus, mohon restu orang tua dan lebih mendekat kepada Allah.
Adek-adekku..terimakasih telah menerimaku disini. Kalian telah melengkapi bagian diriku di sisi lain, bahwa dunia bola basket tidaklah sebesar gor atau gedung saja. Basket sangat sangat luas cakupannya. Mengajariku bagaimana cara mengajar, membangun semangat, menggali motivasi terdalam, menjadi kakak dan ibu untuk kalian. Bersama-sama kita akan belajar, bagaimana menyusun batu-bata yang dilemparkan orang ke muka kita, agar menjadi bangunan rumah, saling menguatkan untuk terus mencapai tempat yang tinggi dengan berpijak pada tanah yang dilempar oleh orang-orang yang menimbun kita.
Final DBL Central Java besok, biarkan tangan Allah yang bekerja ^_^
Bismillah..
