DBL Academy resmi diluncurkan, Senin (25/1) di Surabaya. Sekolah basket yang diprakarsai PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia ini langsung menerapkan standar tinggi. Menyambut latihan intensif yang akan dimulai awal Februari nanti.

Berbeda dari sekolah basket yang sudah ada di tanah air, kurikulum DBL Academy mengacu pada kurikulum berstandar internasional. Hasil kerjasama dengan World Basketball Academy (WBA) yang berbasis di Perth, Australia.
Anak-anak usia 7-15 tahun yang bergabung di DBL Academy juga berkesempatan dilatih pelatih kelas dunia. Salah satunya Mick Downer, asisten pelatih timnas basket Australia yang ikut membantu meloloskan timnya ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Downer mengisi posisi sebagai Technical Director di DBL Academy.
Dari segi fasilitas, DBL Academy juga tidak main-main. Lapangan basket baru dibangun di lantai 2 gedung Graha Pena Surabaya, yang masih satu kawasan dengan DBL Arena. Lapangan baru milik DBL Academy itu memiliki kualitas lantai kayu terbaik berstandar NBA, sehingga menjamin tingkat keamanan dan kenyamanan bagi para siswa. Dilengkapi juga sembilan ring basket yang bisa disetel naik-turun. Dapat disesuaikan untuk kebutuhan para siswa yang terbagi dalam tiga kategori usia, yakni Hoops (usia 7-9 tahun), Rookie (10-12 tahun), serta Starter (13-15 tahun).
DBL Academy juga akan dilengkapi beberapa fasilitas berkelas lainnya. Yakni, tiga mini court atau lapangan basket mini, locker room, mini gym, serta physiotherapy room. Beberapa fasilitas itu saat ini sedang dikebut pengerjaannya.
”DBL Academy merupakan lanjutan dari komitmen PT DBL Indonesia untuk terus mengembangkan olahraga basket di Indonesia, khususnya di tingkat grass root,” ungkap Azrul Ananda, direktur utama PT DBL Indonesia.
Sebagai perusahaan olahraga terkemuka di tanah air, PT DBL Indonesia sukses menghidupkan olahraga basket di tanah air, dengan membuat beberapa standar baru. Standar itu dapat dirasakan pada liga basket pelajar SMA terbesar di Indonesia, Honda Developmental Basketball League (DBL), yang rutin terselenggara di 25 kota, 22 provinsi. Dari Aceh hingga Papua.
Standar baru juga berhasil dibuat PT DBL Indonesia selama lima musim penyelenggaraan liga profesional, National Basketball League (NBL) Indonesia, serta Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia. Melalui berbagai inovasi itu, PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia menjadi satu-satunya perusahaan olahraga yang masuk 25 Perusahaan Paling Kreatif (Most Creative Company) Indonesia 2015 versi majalah SWA.
”Dan seperti segala hal yang kami kerjakan sebelum-sebelumnya, kami selalu ingin men-setting standar baru di Indonesia. Dulu liga SMA kami merupakan standar baru penyelenggaraan pertandingan di Indonesia. Ketika mengelola liga profesional, kami juga membuat banyak standar baru. Sekarang, dalam hal Academy, kami juga ingin terus menjadi yang terbaik. Kualitas fasilitas dan pola pelatihan kami harapkan bisa jadi acuan baru standar sekolah basket di tanah air,” lanjut Azrul.
Azrul berharap, DBL Academy dapat menjadi sarana pembibitan sekaligus edukasi yang positif bagi anak-anak. Bukan semata melahirkan para pebasket andal. ”Jadi, yang ikut di sini (DBL Academy) nanti tidak harus menjadi pebasket profesional. Tetapi, pastinya karena berlatih di lingkungan profesional, semoga mereka akan mendapatkan pelajaran yang baik dari basket untuk kehidupan mereka kelak,” sambungnya.
Para siswa DBL Academy dibimbing coaching staff dengan rekam jejak yang baik dan berpengalaman. Sebut saja Dimaz Muharri. Mantan point guard CLS Knights Surabaya ini dipercaya sebagai head coach. Lalu ada juga Erwin Triono, mantan asisten pelatih CLS Knights yang pernah dipercaya menjadi pelatih tim DBL Indonesia Selection Team pada Friendship Games 2015 di Australia. Beberapa asisten pelatih juga direkrut, diantaranya adalah I Komang Septian, anggota Honda DBL Indonesia All-Star 2012 yang merupakan alumni SMAN 9 Surabaya.
Selain mendalami fundamental basket sejak dini dari profesional basket terkemuka, para siswa DBL Academy juga akan mendapat pendampingan dari tim Psikologi Universitas Airlangga pada setiap sesi latihan. Itu karena dalam kurikulum DBL Academy, juga dilengkapi dengan character building.
”Kami tidak ingin mencetak pemain yang hanya bisa layup, shooting, atau hanya bisa bermain basket saja,” ucap Mick Downer, Technical Director di DBL Academy. ”Kami ingin mereka semua sukses dan tumbuh sebagai pribadi seutuhnya untuk bekal hidup,” tambah asisten pelatih timnas basket Australia tersebut.
Mick Downer hadir di Surabaya sejak Sabtu (23/1), untuk ikut mengawasi berjalannya agenda Placement Test yang diikuti oleh 200 lebih siswa DBL Academy. Placement Test itu bertujuan untuk mengetahui level kemampuan bermain basket, sekaligus untuk menentukan kelas mana yang akan diikuti oleh setiap siswa. Nantinya, masing-masing siswa akan dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yakni beginner, intermediate, dan advance. Setiap empat bulan sekali diadakan assessment test untuk menilai perkembangan mereka.
Setiap materi di DBL Academy juga dibuat se-fun mungkin. Namun, materi menyenangkan tidak boleh menghilangkan esensi latihan. ”Semua bakal tetap fun. Setiap drill materi yang kami siapkan sepertinya juga belum ditemui di sekolah basket Indonesia,” ucap Dimaz yang baru saja memutuskan gantung kaos alias pensiun sebagai pemain profesional. (*)